Siswa Tingkat Akhir
02.17 Sambil menulis ini saya juga
berusaha mengingat-ngingat kembali masa SMA yang sudah 2 tahun berlalu –tua
belum sih gue?- . masa SMA itu menarik untuk diceritakan dan indah untuk
dikenang. Benar apa tidaknya itu tergantung orangnya tetapi mayoritas orang
setuju dengan ungkapan diatas. Saya, bila saya tergolong minoritas dari apa
yang orang lain rasakan. Kenangan-kenangan masa SMA saya tidak terlalu –bisa
dibilang manis- layaknya orang kebanyakan. Saya menjalani masa SMA tidak jauh
berbeda ketika saya menjalani masa SMP. berangkat-pulang-tidur terus saja
seperti itu, tidak ada yang spesial dari masa sekolah yang pernah saya alami.
Berangkat dari pengalaman,
bagaimana sih rasanya sekarang menginjak bulan Maret dan kalian berstatus
sebagai siwa tingkat akhir?. “Rariweh” ya setidaknya itu yang pernah saya
rasakan. Aktivitas di sekolah yang mulai padat, jam belajar ditambah dengan
nama pengayaan yang sering dipelesetkan menjadi penganiyayaan sudah menjadi
risiko kita. Belum lagi kepikiran bagaimana nanti setelah lulus, apakah akan
lanjut sekolah atau kerja. Saya anak SMK memang dicetak untuk siap kerja tetapi
bukan berarti setelah lulus harus kerja, kita juga memiliki kesempatan yang
sama –seperti anak SMA- untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi.
Balik lagi ke bulan Maret dimana kita
dipersiapkan untuk menghadapi berbagai macam ujian dengan ditambahkannya jam
belajar atau pengayaan. Sebenernya efektif tidak sih pengayaan. Yang pernah saya
rasakan, pengayaan itu memang sangatlah menyiksa. Alasan kenapa menyiksa yang
pertama adalah waktunya ditempatkan setelah kegiatan belajar mengajar yaitu
sekitar siang menjelang sore yang dimana pada saat itu otak kita sudah terlalu
lelah untuk bekerja lebih berat lagi. Kedua yaitu materi pengayaan yang
mengulas soal ujian nasional dimana kita pun dipaksa untuk mengingat materi
kelas 10 dan 11 yang –sebagian- sudah tidak ada lagi di memori kita. Belum lagi
kalau pengayaannya kebagian diajar sama guru yang tidak sesuai dengan harapan
dan keinginan kita habislah sudah, tamat riwayatmu.
Ketika masa-masa pengayaan itu saya
sempat berpikir kemana saja ya saya 2 tahun ini, ketika diulas kembali materi
dulu kok nggak bisa. Disusul dengan pertanyaan-pertanyaan yang menanyakan apa
saja yang saya kerjakan selama di sekolah. Penyesalan demi penyesalan kemudian
muncul, kenapa dulu tidak belajar dengan serius, tidak memperhatikan guru di
depan, banyak waktu yang terbuang sia-sia hanya untuk tidur, makan, tidur,
makan tidak diisi dengan aktivitas yang lebih bermanfaat. Akhirnya rasa
penyesalan itu selalu menemani hari-hari saya pada saat itu.
Karena rasa penyesalan itu lah
saya lebih bisa mengerti dan menerima kenapa diadakan pengayaan untuk kita
terlebih kelas 12 yang akan menghadapi ujian nasional walaupun memang terkadang
berat dan menyiksa tetapi apa mau dikata. Seharusnya kalau tidak mau pengayaan,
dulu saya rutin mengulas pelajaran sekolah setiap harinya, latihan-latihan soal,
membaca dan memahami materi yang telah disampaikan guru di depan kelas dengan
begitu menjelang ujian di akhir masa sekolah, saya tidak terlalu dibebankan
dengan ulasan materi-materi dulu karena sudah memahaminya.
Lagi, kebiasaan siswa tingkat
akhir menjelang ujian-ujian itu adalah berhijrah. Mereka –sedikit-sedikit- akan
lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, bukan untuk diterima disisinya
melainkan meminta untuk diberikan pertolongan dan kemudahan. Beban yang
ditanggung siswa tingkat akhir ini bukan hanya ujian saja kedepannya setelah
kita lulus, itu juga sudah mulai menjadi pikiran kita. Coba kalian perhatikan tempat
peribadahan di sekolah, tiap tahunnya terpantau selalu penuh apalagi menjelang
ujian. Tidak diragukan lagi pasti siswa tingkat akhir ini yang selalu memenuhi
tempat peribadahan di sekolah. Ada juga sekolah yang setiap tahunnya
mengagendakan berdoa bersama bagi para siswa yang akan menghadapi ujian
nasional untuk meminta kelancaran selama ujian nanti. Berbicara pengalaman saya
lagi di sekolah, pada saat menjelang ujian intensitas saya dalam beribadah
sedikit-sedikit mulai ditingkatkan. Yang sebelum-sebelumnya sholat wajib selalu
bolong-bolong jadi tidak, yang sebelum-sebelumnya jarang sholat sunah, jadi
sering sholat sunah, yang sebelum-sebelumnya jarang mengaji, tiap malam jadi
mengaji. Walaupun surga dan neraka hanya Allah yang menentukan tetapi saya rasa
bila itu saya lakukan seumur hidup saya insyaallah bila masuk neraka pun saya
tidak akan lama sepertinya. Entahlah saya merasa takut, melihat kemampuan saya
yang masih terbilang kurang kemudian sekarang ini saya sudah menginjak tahun
terakhir menjadi seorang siswa tetapi saya masih belum menentukan mau kemanakah
saya kedepannya masih belum mempunyai tujuan yang pasti. Bimbang, galau itulah
yang memotivasi saya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan harapan saya
diberi kemudahan dalam menjalani kehidupan yang akan saya lalui kedepannya.
Setelah melewati berbagai macam
ujian akhir tiba saatnya kita akan mendapatkan libur yang sangat panjang. Bahkan
setelah ujian itu -bisa dipastikan- kita tidak akan lagi berhubungan dengan
yang namanya tugas, ulangan, PR untuk kedepannya karena kita sudah hampir –dikatakan-
selesai mengenyam bangku sekolah. Tapi percayalah itu bukanlah kabar gembira, berbeda
ketika saat SMP libur panjang itu dihabiskan untuk persiapan kita menuju SMA
beli baju baru, peralatan sekolah baru, mencari sekolah mana yang akan
didaftarkan dll. Setelah lulus SMA kita tidak akan sesantai itu ketika menghabiskan
liburan panjang kita. Kewajiban belajar kita sudah terselesaikan kedepan apakah
akan lanjut sekolah lagi atau terjun ke dunia kerja. Setidaknya itu yang pernah
saya alami –dihadapkan dengan dua pilihan sulit-, teman-teman yang lainnya mungkin juga akan dihadapkan dengan
pilihan yang –saya kira- sulit juga karena bagaimana pun keputusan kita
sekarang akan menentukan bagaimana kita kelak.
Berkonsultasi bersama guru BK dan
orang tua adalah salah satu solusi terbaik ketika kita merasa bingung dan
bimbang untuk memilih tujuan kita setelah lulus. Komunikasikan tujuan kalian
kepada orang tua atau bila masih bingung dan tidak punya tujuan mintalah saran
kepada mereka. Setelah itu barulah berkonsultasi ke guru BK. Bila ternyata kita
memutuskan untuk melanjutkan sekolah, apa-apa saja yang harus dipersiapkan,
mintalah saran kepaada guru BK universitas mana yang kira-kira sesuai dengan
kemampuan kita. Tidak jauh beda juga bila keputusannya untuk kerja mintalah
saran kepada beliau jenis pekerjaan apa yang sebaiknya kita pilih, mintalah
lowongan kerja yang sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Terlebih anak SMK
pasti sangatlah mudah mendapatkan informasi mengenai lowongan pekerjaan.
Masalah belumlah selesai wahai
para siswa tingkat akhir, dengan kamu sudah punya tujuan setelah lulus, bukan
berarti kallian bisa lega masalah yang baru akan segera datang. Saya yang lebih
memilih untuk melanjutkan sekolah kembali di hadapkan dengan pilihan,
universitas negeri atau swasta. Otak dan pesak yang menjadi pertimbangan saya
untuk memilih universitas mana yang akan dituju. Sekiranya masuk universitas
negeri akan lebih baik dibanding swasta dan itu menurut persepsi saya. Tetapi masalahnya
masuk universitas negeri itu tidaklah mudah seperti masuk sekolah negeri. Kita harus
bertarung dengan ribuan bahkan ratus ribuan orang di seluruh Indonesia untuk
memperebutkan kursi universitas negeri yang kita tuju. Saya yang hanya anak SMK
pada saat itu sedikit berkecil hati untuk bisa percaya diri memenangkan
pertarungan yang mengerikan itu. Dicoba dulu saja siapa tau bisa masuk, itu
mungkin yang terlintas dipikiran saya.
Alhamdulliah atas kerja keras dan
doa akhirnya bisa melewati masa-masa kritis siswa tingkat akhir. Sebenarnya
pada saat hari pelepasan di SMK –perpisahan- saya sendiri masih belum
mendapatkan kejelasan mengenai status baru saya –menjadi seorang mahasiswa- karena pada saat
itu saya dinyatakan gugur dalam pertarungan memperebutkan kursi universitas
negeri melewati jalur SNMPTN. Dengan terpaksa –kurang lebih- selama sebulan
saya menjadi pengangguran tetapi asa untuk bertarung lagi untuk masuk universitas
negeri masih belum luntur. Yang pada akhirnya saya bisa mendapatkan kursi di universitas negeri
melalui jalur SBMPTN.
Begitulah kiranya saya mengenang
masa-masa menjadi siswa tingkat akhir -2 tahun yang lalu-. Begitu banyak
pelajaran hidup yang saya dapat, banyak juga perubahan-perubahan yang saya
rasakan ketika pada masa transisi dari siswa ke mahasiswa. Lain kali saya
ceritakan lebih lanjut perjuangan saya dalam pertarungan merebut kursi
universitas negeri. Untuk kalian siswa tingkat akhir persiapkan diri kalian
setelah kalian lulus dari sekolah. Buatlah rencana kedepan dari jauh-jauh hari
dan bicarakan bersama orang tua kalian. Untuk kalian yang belum menjadi siswa
tingkat akhir, saya hanya memberi gambaran saja bagaimana rasanya menjadi siswa
kelas 12 yang sebentar lagi akan lulus dari sekolah. Anggapan bahwa akan lebih
senang bila terbebas dari tugas, ulangan, pr serta aktivitas-aktivitas sekolah
lainnya tidak selamanya benar. Saya sendiri sampai sekarang –walaupun masa
sekolah saya tidak menyenangkan- selalu rindu dengan status siswa saya. Paling tidak
ketika saya menjadi siswa beban saya tidak terlalu berat seperti sekarang ini.
yang saya pikirkan hanyalah berangkat sekolah, mendengarkan guru yang sedang
mengajar kemudian pulang itu saja kewajiban pokoknya.
Semangat dan sukses bagi kalian
siswa tingkat akhir yang sebentar lagi akan menghadapi berbagai ujian akhir,
semoga dilancarkan dan dimudahkan. Bila ada sesuatu yang dirasa positif selama
proses persiapan ujian, semoga bisa seterusnya dilakukan tidak hanya saat mau
ujian saja setelah ujian hal-hal yang baik itu ditinggalkan –you know what i mean-.
1 komentar
This post is a good start. I hope you continue to inspire readers to send more sustainable. and wait for the next post more exciting connoisseur of words
BalasHapus